Selasa, 23 April 2013

Love is a Verb



Love is patient, love is kind. It does not envy, it does not boast, it is not proud. It does not dishonor others, it is not self-seeking, it is not easily angered, it keeps no record of wrongs. Love does not delight in evil but rejoices with the truth. It always protects, always trusts, always hopes, always perseveres.

Kasih (red: Love) adalah kata kerja. Bukan hanya sembarang kata kerja. Jika tidak dikerjakan dengan kemurnian dan kualitas terbaik maka bergeserlah arti kasih dari makna sesungguhnya. Jika tidak lahir dari kesungguhan hati maka tidak mungkin bisa lahir kasih yang sejati. Tidak mudah. Ya, memang tidak mudah. Tapi mungkin.

Kasih itu adalah ketika kita tetap bisa tersenyum ketika orang salah mengerti terhadap kita.

Kasih itu berarti ketika orang yang berfikir negatif terhadap kita dan kita bisa tetap melihat jejak ilahi dalam diri orang tersebut.

Kasih itu tak berbatas. Mestinya.

Kasih itu tak bersyarat. Harusnya.

Kasih itu sempurna. Idealnya.

Pengalaman hari ini, benar-benar menantangku untuk mempraktekkan apa itu kasih. Belajar untuk tetap berpikir positif dan 'waras' ditengah-tengah tekanan. Dalam setiap benturan dan 'selisih paham' sesungguhnya itulah medan belajar kita untuk mengerti apa itu kasih dalam kamus baru. Kamus lama kita mungkin sudah saatnya di-up-date dengan kekiniian yang butuh praktek kasih yang baru dan murni. Bahkan kepada orang yang kita anggap dewasa dalam memaknai kasih, toh mereka juga ternyata belumlah tamat belajar apa itu dan bagaimana memaknai kasih. Sama seperti saya, mereka pun sedang belajar.  Jika kita belum sampai pada hembusan nafas terakhir, maka pelajaran itu belumlah usai.

Selamat belajar mengasihi Dev!

*tulisan lama yang ditulis ditengah-tengah kemacetan Jakarta*

Belanda Masih Jauh



Ungkapan "belanda masih jauh" umumnya digunakan untuk menyatakan bahwa sesuatu yang kita kejar atau sesuatu yang sedang kita kerjakan tidak perlu dilakukan dengan terburu-buru karena masih jauh 'belanda'nya.

Saya pakai istilah ini juga untuk menggambarkan betapa 'bersantai'nya saya dalam menceritakan kabar baik, bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat. Semula saya beranggapan kalau keluarga saya tidak akan pernah meninggalkan Kristus, dan punya pemikiran kalau selamanya mereka tidak akan berpaling dari Kristus. Asalkan mereka tetap percaya pada Kristus, walaupun hidup mereka jauh dari mempertuhankan Dia, itu cukup bagi saya. Betapa naifnya saya ini.

Bagaikan disambar geledek rasanya ketika saya lihat dan dengar bahwa seorang kerabat, yang bisa dibilang dekat, ternyata bertolak dari Tuhan yang sejati. "Kenapa?"
“Mengapa?” adalah pertanyaan pertama yang terlontar dengan campuran emosi didalamnya. Namun kemudian saya tersentak dengan pertanyaan "Kamu dimana?". Ya, saya ada dimana pada waktu dia mengalami banyak pertanyaan tentang Tuhan dan hidup ini. Kemana doa saya selama ini? Kemana saya?

Saya asik dengan banyak hal sehingga abai untuk waspada dan berjaga-jaga. Nilai 'Belanda masih jauh' saya anut dan punya dampak yang menggetirkan hati. Betapa benarnya apa yang teks suci katakan "Bersiaplah, berjagalah, baik atau tidak baik waktunya beritakanlah
kabar keselamatan kepada seluruh penghuni di segala penjuru bumi ciptaanNya."

Kini mereka, dia dan dia, orang-orang yang saya kasihi berpaling dari Tuhan yang mengasihi mereka. Saya ambil bagian dalam keputusan buruk mereka dengan tidak berdoa dan abai. Harapan
saya untuk mereka tidak pupus, kiranya Allah sumber segala kasih karunia akan memanggil mereka kembali dalam kumpulan kawanan domba kepunyaanNya. 



Senin, 22 April 2013

Belajar tentang hidup dari Alya



 
Siapa bilang kita yang 'dewasa' ini tidak bisa belajar tentang hidup dari makhluk kecil yang belum pernah belajar alfabet, numerik, baca tulis, bahkan belum pernah melihat birunya langit itu dan menakjubkannya alam ciptaan Tuhan.

Ya, dia memang belum bisa mengucapkan sepatah kata apapun tapi bisa mengajarkan apa artinya hidup pada siapa yang tahu tentang hidupnya, minimal kepada saya.

Namanya Alya. Jangan tanya dia siapa, karena saya pun tidak pernah sempat jumpa dengan dia. Saya tidak tahu nama pangjangnya. Saya tidak kenal dengan mama papanya. Saya hanya tahu aunty-nya yang sayang sama dia dan tentang kondisi dia waktu hadir ke dunia ini yang prematur 5,5 bulan dengan berat badan 600gr tetapi organ tubuhnya lengkap walau belum matang. Hanya itu.

Pelajaran pertama Alya dimulai ketika dia tidak menyerah dengan vonis dokter. Divonis hanya berusia tidak lebih dari 24 jam, Alya berjuang begitu rupa dan dia bertahan di dunia ini 3 hari. Dia tidak menyerah, dia tahu bahwa hidup itu berharga maka dari itu dia berjuang. No matter what people says she just fight for her own life. Somehow I knew it. I just knew it.

Pelajaran kedua, love surpasses many barrier. Kasihlah yang jadi pemenang dalam perlombaan ini. Ditengah-tengah dunia yang miskin dengan kepedulian dan kasih, Alya berhasil menarik banyak orang untuk berhenti sejenak dari kesibukan di dunia mereka masing-masing. Alya berhasil membuat orang berhenti sejenak untuk berdoa membawa nama dia kepada Sang Pencipta. Alya berhasil mengikat banyak orang untuk mengasihi dia walau tidak kenal, walau tidak pernah bertatap muka, mengasihi tanpa keraguan bahwa ini tipuan belaka dan mengasihi tanpa banyak pertanyaan. Dia pun mengajar banyak orang untuk belajar memberi tanpa pamrih.  Alya did it. Yes, my baby girl you did it!

To my conclusion, Alya mengajarkan bagi kita yang masih hidup ini bahwa hidup itu berharga. Berharga untuk diperjuangkan. Terlalu berharga untuk disia-siakan.

Alya hanya menangis satu kali. Hanya satu kali yang terdengar cukup jelas. Bagi saya seakan dia mengeluarkan segenap tenaganya untuk mengapresiasi jutaan kasih sayang yang ditujukan kepada dia bertubi-tubi. Alya mengucap terima kasih untuk mama yang berjuang melahirkan dia, untuk dukungan yang diberikan kepada dia selama 3 hari ini, untuk aunty-aunty yang tersebar dimana-mana yang berusaha sebaik mungkin bagi dia. Alya menangis mengucapkan terima kasih kepada semua orang untuk doa dan kasih sayang.

No, my baby girl, thanks to you! What a good lesson you gave dear Alya.

As Psalmist say, you are fearfully and wonderfully made. God created your inmost being. He, himself, knit you together in your mother's womb. Gods' eyes saw your unformed body. All the days ordained for you written in Gods' book before one of them came to be. You are precious in God's sight as well in our sight. Farewell my baby, see you in heaven! Am sure my beloved Father in heaven welcoming you with an open arms and tears of proud. He proud of how brave you are Alya, our Alya.

Thanks to you Mom, for sharing your beloved daughter to us.

*Mourning*
by Deve L. Tampubolon