Jumat, 21 Maret 2014

Halte

Hidup itu seperti perjalanan. Ada masanya bagi seseorang untuk berhenti sejenak sebelum melanjutkan perjalanannya. Tempat perhentian itu bisa saja namanya halte. Di halte orang bisa melakukan banyak hal: mulai dari memikirkan kemana lagi arah perjalanan, memikirkan kendaraan mana yang akan dipakai ke tempat tujuan dan ada juga yang masih belum tahu kemana arah tujuan. Tapi yang jelas, tidak selamanya orang akan berhenti di halte karena suatu waktu orang harus beranjak dari halte itu untuk menuju ke tujuan selanjutnya, ke tujuan sejatinya. Tujuan sebuah perjalanan bukanlah halte.

Halte kita mungkin beda-beda, tapi tujuan setiap manusia hakekatnya sama, yaitu Penciptanya. Kendaraan mungkin beda-beda tapi menuju ke arah yang sama.

Tidak apa kalau saat ini sedang berhenti di halte. Tidak apa jika saat ini sedang berpikir apa kendaraan berikutnya. Asal tujuan jelas, asal arahnya jelas
maka tak mengapa kita berhenti sejenak di halte.


By Deve L. Tampubolon


Selasa, 23 April 2013

Love is a Verb



Love is patient, love is kind. It does not envy, it does not boast, it is not proud. It does not dishonor others, it is not self-seeking, it is not easily angered, it keeps no record of wrongs. Love does not delight in evil but rejoices with the truth. It always protects, always trusts, always hopes, always perseveres.

Kasih (red: Love) adalah kata kerja. Bukan hanya sembarang kata kerja. Jika tidak dikerjakan dengan kemurnian dan kualitas terbaik maka bergeserlah arti kasih dari makna sesungguhnya. Jika tidak lahir dari kesungguhan hati maka tidak mungkin bisa lahir kasih yang sejati. Tidak mudah. Ya, memang tidak mudah. Tapi mungkin.

Kasih itu adalah ketika kita tetap bisa tersenyum ketika orang salah mengerti terhadap kita.

Kasih itu berarti ketika orang yang berfikir negatif terhadap kita dan kita bisa tetap melihat jejak ilahi dalam diri orang tersebut.

Kasih itu tak berbatas. Mestinya.

Kasih itu tak bersyarat. Harusnya.

Kasih itu sempurna. Idealnya.

Pengalaman hari ini, benar-benar menantangku untuk mempraktekkan apa itu kasih. Belajar untuk tetap berpikir positif dan 'waras' ditengah-tengah tekanan. Dalam setiap benturan dan 'selisih paham' sesungguhnya itulah medan belajar kita untuk mengerti apa itu kasih dalam kamus baru. Kamus lama kita mungkin sudah saatnya di-up-date dengan kekiniian yang butuh praktek kasih yang baru dan murni. Bahkan kepada orang yang kita anggap dewasa dalam memaknai kasih, toh mereka juga ternyata belumlah tamat belajar apa itu dan bagaimana memaknai kasih. Sama seperti saya, mereka pun sedang belajar.  Jika kita belum sampai pada hembusan nafas terakhir, maka pelajaran itu belumlah usai.

Selamat belajar mengasihi Dev!

*tulisan lama yang ditulis ditengah-tengah kemacetan Jakarta*

Belanda Masih Jauh



Ungkapan "belanda masih jauh" umumnya digunakan untuk menyatakan bahwa sesuatu yang kita kejar atau sesuatu yang sedang kita kerjakan tidak perlu dilakukan dengan terburu-buru karena masih jauh 'belanda'nya.

Saya pakai istilah ini juga untuk menggambarkan betapa 'bersantai'nya saya dalam menceritakan kabar baik, bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat. Semula saya beranggapan kalau keluarga saya tidak akan pernah meninggalkan Kristus, dan punya pemikiran kalau selamanya mereka tidak akan berpaling dari Kristus. Asalkan mereka tetap percaya pada Kristus, walaupun hidup mereka jauh dari mempertuhankan Dia, itu cukup bagi saya. Betapa naifnya saya ini.

Bagaikan disambar geledek rasanya ketika saya lihat dan dengar bahwa seorang kerabat, yang bisa dibilang dekat, ternyata bertolak dari Tuhan yang sejati. "Kenapa?"
“Mengapa?” adalah pertanyaan pertama yang terlontar dengan campuran emosi didalamnya. Namun kemudian saya tersentak dengan pertanyaan "Kamu dimana?". Ya, saya ada dimana pada waktu dia mengalami banyak pertanyaan tentang Tuhan dan hidup ini. Kemana doa saya selama ini? Kemana saya?

Saya asik dengan banyak hal sehingga abai untuk waspada dan berjaga-jaga. Nilai 'Belanda masih jauh' saya anut dan punya dampak yang menggetirkan hati. Betapa benarnya apa yang teks suci katakan "Bersiaplah, berjagalah, baik atau tidak baik waktunya beritakanlah
kabar keselamatan kepada seluruh penghuni di segala penjuru bumi ciptaanNya."

Kini mereka, dia dan dia, orang-orang yang saya kasihi berpaling dari Tuhan yang mengasihi mereka. Saya ambil bagian dalam keputusan buruk mereka dengan tidak berdoa dan abai. Harapan
saya untuk mereka tidak pupus, kiranya Allah sumber segala kasih karunia akan memanggil mereka kembali dalam kumpulan kawanan domba kepunyaanNya. 



Senin, 22 April 2013

Belajar tentang hidup dari Alya



 
Siapa bilang kita yang 'dewasa' ini tidak bisa belajar tentang hidup dari makhluk kecil yang belum pernah belajar alfabet, numerik, baca tulis, bahkan belum pernah melihat birunya langit itu dan menakjubkannya alam ciptaan Tuhan.

Ya, dia memang belum bisa mengucapkan sepatah kata apapun tapi bisa mengajarkan apa artinya hidup pada siapa yang tahu tentang hidupnya, minimal kepada saya.

Namanya Alya. Jangan tanya dia siapa, karena saya pun tidak pernah sempat jumpa dengan dia. Saya tidak tahu nama pangjangnya. Saya tidak kenal dengan mama papanya. Saya hanya tahu aunty-nya yang sayang sama dia dan tentang kondisi dia waktu hadir ke dunia ini yang prematur 5,5 bulan dengan berat badan 600gr tetapi organ tubuhnya lengkap walau belum matang. Hanya itu.

Pelajaran pertama Alya dimulai ketika dia tidak menyerah dengan vonis dokter. Divonis hanya berusia tidak lebih dari 24 jam, Alya berjuang begitu rupa dan dia bertahan di dunia ini 3 hari. Dia tidak menyerah, dia tahu bahwa hidup itu berharga maka dari itu dia berjuang. No matter what people says she just fight for her own life. Somehow I knew it. I just knew it.

Pelajaran kedua, love surpasses many barrier. Kasihlah yang jadi pemenang dalam perlombaan ini. Ditengah-tengah dunia yang miskin dengan kepedulian dan kasih, Alya berhasil menarik banyak orang untuk berhenti sejenak dari kesibukan di dunia mereka masing-masing. Alya berhasil membuat orang berhenti sejenak untuk berdoa membawa nama dia kepada Sang Pencipta. Alya berhasil mengikat banyak orang untuk mengasihi dia walau tidak kenal, walau tidak pernah bertatap muka, mengasihi tanpa keraguan bahwa ini tipuan belaka dan mengasihi tanpa banyak pertanyaan. Dia pun mengajar banyak orang untuk belajar memberi tanpa pamrih.  Alya did it. Yes, my baby girl you did it!

To my conclusion, Alya mengajarkan bagi kita yang masih hidup ini bahwa hidup itu berharga. Berharga untuk diperjuangkan. Terlalu berharga untuk disia-siakan.

Alya hanya menangis satu kali. Hanya satu kali yang terdengar cukup jelas. Bagi saya seakan dia mengeluarkan segenap tenaganya untuk mengapresiasi jutaan kasih sayang yang ditujukan kepada dia bertubi-tubi. Alya mengucap terima kasih untuk mama yang berjuang melahirkan dia, untuk dukungan yang diberikan kepada dia selama 3 hari ini, untuk aunty-aunty yang tersebar dimana-mana yang berusaha sebaik mungkin bagi dia. Alya menangis mengucapkan terima kasih kepada semua orang untuk doa dan kasih sayang.

No, my baby girl, thanks to you! What a good lesson you gave dear Alya.

As Psalmist say, you are fearfully and wonderfully made. God created your inmost being. He, himself, knit you together in your mother's womb. Gods' eyes saw your unformed body. All the days ordained for you written in Gods' book before one of them came to be. You are precious in God's sight as well in our sight. Farewell my baby, see you in heaven! Am sure my beloved Father in heaven welcoming you with an open arms and tears of proud. He proud of how brave you are Alya, our Alya.

Thanks to you Mom, for sharing your beloved daughter to us.

*Mourning*
by Deve L. Tampubolon

Senin, 13 Juni 2011

Eat, Play & Laugh (Part 1)

Sebuah perjalanan nekat 8 (delapan) anak manusia
By : Deve L. Tampubolon


Jika Elizabeth Gilbert punya kisah perjalanan yang menarik hingga dibukukan dan laris keras (Eat, Pray & Love-red), bahkan Oprah Winfrey membuat 2x wawancara khusus hanya untuk membahas perjalanan personalnya, maka perjalanan saya, dkk tidaklah se-bombastis Elizabeth Gilbert. Jangan juga berharap kalau perjalanan ini akan ada dilayar lebar, bahkan dilayar kecilpun tidak akan. Tetapi bagi saya, dkk (minimal saya) perjalanan ini punya tempat khusus di memori yang terbatas ini. Ada sesuatu yang lebih dari sekedar sebuah perjalanan, liburan dan hura-hura. Ada pelajaran berharga tentang alam dan tentang manusia. Perjalanan yang membuat saya takjub dengan ciptaan Tuhan, bukan hanya panorama dan fenomena alam, tapi juga takjub dengan mahkota ciptaanNya, yaitu manusia yang ada bersama-sama saya dalam perjalanan ini.

Ada eat, play & laugh dalam perjalanan kami kali ini!

Cisarua, 15 Januari 2010


Menerima SMS yang mengharukan buat saya, isinya kurang lebih demikian :

“Udah di booking tiket 22-27 April ke Bali. Gw yang bayar tiket, tapi kalian tanggung akomodasi gw yah…
:D “

Waktu menerima SMS ini, sikap sanguin saya sangat mendominasi. Pikir saya “Wah, baik sekali Kakak ku yang satu ini, tahu aja kalau adikknya seorang hamba Tuhan dengan penghasilan yang pas-pas-an.”. Dengan sigap saya langsung texting seorang teman yang lain “Wuihh, baik sekali yah,, mau bayarin tiket”. Segera dijawab “Duh, Pe,, jangan polos-polos amat dong”.

Ah masa iya saya polos? Mungkin saja iya, mungkin juga tidak. Tapi tidak salah kan jika saya berpikir optimis... =)

Tapi, optimis atau naif? Hahahaha....

Bus Damri, 22 April 2011, 13.45-15.00 WIB


Pak Cik Amri, pelancong asal negeri Jiran yang kebetulan duduk disamping saya. Lantas dalam perjalanan kami bertukar cerita tentang perbedaan kultur, sistem pendidikan, sistem politik, clash yang sering terjadi antar negara yang katanya serumpun ini ( INA dan Malaysia). Kami pun saling membanggakan keindahan alam satu dengan yang lain. Bahkan Pak Cik ini menawarkan rumahnya jika saya nanti kembali berkunjung ke KL.

Ah, tapi maaf sekali Pak Cik, saya kapok ke Kuala Lumpur... :)


Soetta, 22 April 2011

Semangat ‘45 karena akhirnya saya akan menginjak Bali.

Perut keroncongan. Berhubung check in dalam kondisi mepet maka tidak sempat makan. Lalu secara acak memilih tempat makan yang ada di Bandara Terminal 3. Pilihan jatuh pada Nasi Goreng. Dan harganya? Rp26.000,-. Bagi sebagian orang mungkin harga ini tidak terlalu masalah, tapi untuk saya, ini pengalaman pertama dan terakhir kali makan nasi goreng semahal ini. Tapi apa benar ini yang terakhir? Nampaknya tidak.

Pelajaran pertama tentang Eat : Ternyata harga tidak menentukan kualitas makanan. Harga nasi goreng Rp26 rb masih kalah enak dengan Nasi Goreng si Udin yang harganya Rp7rb.

Ah,, diresponi dengan tertawa saja... :) Lain kali, isi perutnya jauh sebelum masuk area bandara. Good lesson.


Denpasar, 22 April 2011


Akhirnya sampai juga di tanah yang kata orang Paradise.

Seperti judul tulisan ini, perjalanan di Bali inipun dimulai dengan Eat. Maka kami pun memulai perjalanan ini dengan mampir ke warung nasi, namanya Nasi Pedas Bu Andika (Jl. Raya Kuta). Kesan pertama saya bagi warung ini adalah antriannya yang cukup panjang untuk memesan makanan. Apakah bisa dijadikan indikator kalau tempat makan yang banyak peminatnya itu berarti enak? Kali ini hipotesa saya benar. Ya, memang enak dan harga pun tidak terlalu mahal yaitu dikisaran Rp10-20rb.




Warning
: Hati-hati dengan orang yang tidak tahan dengan makanan pedas, karena tepat seperti namanya, makanan yang ada disini memang sangat pedas. Tapi ada juga beberapa menu yang tidak pedas bagi mereka yang mau..

Lanjut ke perhentian berikutnya. Apa? Yaitu Mall. Hahh,, jauh-jauh ke Bali tapi nangkringnya ke mall. Hmmm,, baiklah, kita lihat apa bedanya mall di Bali & Jakarta.

Discovery Mall, just like any others mall in Jakarta. Hanya bedanya, mall ini tepat berada dipinggir pantai. Sayang sekali kami tiba disana sudah malam, hanya sight-seeing beberapa club yang ada disekitar mall dan tidak berminat masuk. Selain masalah ‘asing’, bagi saya juga masalah’kocek’....=)

@ Discovery Mall : Jo, Deve, Juli & Kotel (invisible)

Dan tentunya yang tidak terlewatkan, yaitu apa? Ya, memoto, dipoto dan dipoto… =)


Padang Bay, 22 April 2011

Kalau bisa menambahkan sub judul dari tulisan ini, saya akan menambahkan kalimat "Perjalanan Nekat".

Dalam perjalanan dari Padang Bay menuju pelabuhan lembar, kami 'nekat' sewa kamar ABK dengan harga Rp50rb (3 tempat tidur). Kami 'nekat' tidur ditempat yang tidak bisa dibilang bersih. Lantas, demi menghilangkan mual akibat mabuk laut dan rasa jijik karena tempat yang kurang ‘kooperatif’, saya dan Jo buru-buru menenggak antimo, supaya segera mengantuk dan tidur.

Tapi saya bersyukur bisa dapat kamar di kapal ini, kalau tidak, saya tidak bisa membayangkan tidur diluar dengan angin laut di malam hari, yang ada nanti bukan menikmati libur, tapi sakit waktu liburan.

Butuh waktu sekitar 4 jam perjalanan dari Padang Bay menuju Lembar. Walaupun kondisi kamar dan ombak laut yang sangat tidak menyenangkan, tapi toh saya, dkk tidur cukup lelap juga... =).. Thanks to antimo!

Pengalaman pertama yang menarik! Oiya, info tambahan : Harga tiket kapal Padang Bay – Lembar >> Rp 36rb.


Lembar (Nusa Tenggara Barat), 23 April 2011

Kami tiba sekitar pukul 04.00 WITA dini hari dan disambut oleh beberapa fans (baca: calo mobil) yang menawarkan jasa mereka dengan sedikit intimidasi. Sambil menunggu pagi yang lebih siang, kami mampir disebuah kedai kopi. Lalu memesan 4 gelas teh manis panas. Sambil menyuruput teh yang bisa dibilang tidak panas dan tidak manis, kami sibuk dengan ‘kegiatan’ kami masing-masing. Saya dan Jo bersandar ke tas masing-masing dan memanfaatkan waktu sesaat untuk tidur. Juli, entah apa yang dia kerjakan, tidak terlihat oleh saya. Kotel, ngobrol-ngobrol dengan supir dan kenek yang ada di pangkalan itu.

Peringatan bagi yang pertama kali ada di Pelabuhan Lembar, harus berhati-hati dengan calo-calo yang ada disana. Sepanjang kami disana, mereka (baca: calo) sangat gencar melancarkan bujuk rayu mereka, bahkan sampai sedikit mengintimidasi. Jika memang tidak yakin apakah akan naik angkot mereka, dilarang keras untuk mencoba menawar. Cukup senyum manis dan bilang kami sudah ada yang akan jemput... =)

Kurang lebih 2 jam kami ada kedai itu, dan akhirnya kami naik ke salah satu angkot yang trayeknya menuju Mataram. Kami membayar harga sekitar Rp15rb per orang dengan waktu tempuh sekitar 60-90 menit.

Dalam perjalanan menuju Mataram, Pak sopir (yang saya tidak tahu namanya) ini banyak bercerita tentang ‘keunikan’ Mataram. Misalnya : Beliau bercerita, bahwa pernah satu kali dia mengantarkan penumpangnya ke terminal Mataram dan di terminal ini penumpangnya tersebut dirampok habis-habisan oleh perampok disana. Dengan pengalaman yang demikian maka beliau tidak berani menurunkan kami ditengah terminal. Beliau rela menunggui kami sampai dijemput dan memastikan bahwa kami aman.

Pikir saya “Wah ternyata masih banyak orang baik yang peduli dengan keselamatan orang lain, orang lain yang mungkin baru kali ini dia kenal dan mungkin yang tidak akan dia jumpai lagi”.

Terima kasih banyak Pak Sopir! Saya menyesal tidak tanya nama Bapak. Dalam waktu teduh, saya berfikir kalau ini adalah salah satu cara Tuhan menjaga kami di daerah yang sama sekali baru bagi kami.


Mataram, 23 April 2011


Kalau ada peribahasa “lepas dari mulut singa masuk mulut buaya” yang punya konotasi negatif. Maka saya pun punya peribahasa bagi orang-orang yang saya temui di Mataram, “lepas dari satu malaikat, bertemu dengan malaikat lainnya”. Tidak berlebihan rasanya saya mengarang peribahasa yang mungkin hanya akan ditemui didalam tulisan ini saja, karena saya memang banyak bertemu malaikat yang Tuhan kasih disana.

Sekitar pukul 07.00 WITA kami tiba di pusat kota. Namanya Om Oneng, beliaulah yang menjemput kami dengan mobil pick-up nya. Dengan murah hatinya beliau mengajak kami ke rumahnya untuk kami bisa beristirahat sejenak dan bersih-bersih badan.

Yang menakjubkan buat saya tentang pertemuan kami dengan Om Oneng adalah, bahwa tidak ada satupun dari kami yang pernah ketemu muka dengan Om Oneng. Selama ini yang berkorespondensi itu Kotel dan via kaskus. Dan pada saat menjemput kami itulah, kami pertama kali berkenalan (khususnya saya, Jo & Juli). Om Oneng pun tidak tahu tampang dari masing-masing kami seperti apa. Sulit bagi saya untuk menjelaskan bagaimana perasaan saya saat itu waktu tahu kondisi sebenarnya, antara perasaan heran, exited, semi-detektif dan senang.

Setibanya dirumah Om Oneng, kami disambut dengan sangat hangat oleh Bunda (istri Om Oneng). Seperti menyambut sahabatnya, Bunda sibuk mempersiapkan sarapan buat kami. Teh manis panas (kali ini benar manis dan panas) dan indomie rebus yang Bunda siapkan untuk sarapan.

Dalam percakapan dengan keluarga Om Oneng, kami bertanya sama beliau kenapa mau membuka rumahnya untuk orang-orang yang baru dia kenal. Beliau menjawab “Sederhana saja, saya ingin punya banyak saudara!”.

Saya cukup kagum dengan cita-cita dan impian yang dimiliki oleh Om Oneng dan keluarga. Bagi beliau impian tersebut sederhana, tapi bagi saya itu sebuah impian besar, karena tidak mudah mewujudkannya. Dibutuhkan keluasan hati bagi Om Oneng dan keluarganya untuk membuka rumah, membuka hati mereka setiap waktu dan bagi setiap orang yang mungkin belum pernah mereka temui. Belum lagi mereka juga harus waspada akan bahaya yang mungkin saja bisa mereka alami karena menerima orang yang baru. Sekali lagi buat saya ini bukan impian murahan tapi impian yang mulia dan indah.

Hospitality seperti ini yang nampaknya jadi barang mahal dan langka di bangsa ini. Jika saja seluruh orang-orang Indonesia punya hospitality seperti Om Oneng dan keluarga maka Indonesia akan jadi rumah yang nyaman bagi setiap orang yang datang, tinggal dan menetap.

Lalu apa yang terjadi dengan kami?

Menyantap habis teh manis panas dan indomi telur yang disuguhkan Bunda. Kenyang!

Lalu kami diizinkan untuk membersihkan diri. Kata Bunda “Rasain air lombok, beda dengan Jakarta”. Iya Bunda, memang beda, lebih segar dan dingin.

Setelah mandi, bersih-bersih lantas Om Oneng mengantarkan kami ke tempat penyewaan motor. Harga sewa motor matic Rp50rb per hari (24 jam) diluar bensin.

Satu lagi yang membuat saya takjub dengan kota Mataram, yaitu jam ‘kehidupan’ nya. Kota ini bisa dibilang 'hidup' jika diatas jam 10 pagi. Seluruh akrivitas perniagaan baru dimulai biasanya diatas jam 10 pagi. Walhasil, kami (Om Oneng, Kotel & saya) yang datang agak pagi sekitar 8.30 jadi agak kelimpungan dan harus menunggu. Kami memutuskan untuk cari tempat lain yang siapa tahu sudah buka. Pun, kami tidak dapat hasil apa-apa. Tapi bagi saya, lumayanlah bisa diajak keliling kota sama Om Oneng.

Juli dan Jo tinggal dirumah sementara kami mencari sewaan motor. Ternyata, dirumah mereka kembali ‘dijejali’ makanan oleh Bunda, Plecing Kangkung namanya. Makanan ini sejenis Pecel Kangkung yang ada di Jakarta, tapi yang membuat unik itu sambal plecingnya, dan rasanya sangat, sangat pedas.



Alamak pedas pangkat lima!

Darimana saya tahu? Karena saya, Kotel dan Om Oneng pun ikutan dapat jatah dari Bunda... =)






to be continued .... in Eat, Play and Laugh (Part 2)


Jumat, 25 Februari 2011

Looking “along” and Looking “at”

I was standing today in the dark tool shed. The sun was shining outside and through the crack at the top of the door there came a sunbeam. From where I stood that beam of light, with the specks of dust floating in it, was the most striking thing in the place. Everything else was almost pitch black. I was seeing the beam, not seeing things by it.

Then I moved, so that the beam fell on my eyes. Instantly the whole previous picture vanished. I saw no tool shed, and (above all) no beam. Instead I saw, framed in the irregular cranny at the top of the door, green leaves moving on the branches of a tree outside and beyond, ninety-odd million miles away, the sun. Looking along the beam, and looking at the beam are very different experiences.

But this is only a very simple example of the difference between looking at and looking along. A young man meets a girl. The whole world looks different when he sees her. Her voice reminds him of something he has been trying to remember all his life, and ten minutes’ casual chat with her is more precious than all the favors that all other women in the world could grant. He is, as they say, “in love.” Now comes a scientist and describe this young man’s experience from the outside. For him it is all an affair of the young man’s genes and a recognized biological stimulus. That is the difference between looking along the sexual impulse and looking at it…

You get one experience of a thing when you look along it and another you look at it. Which is the “true” or “valid” experience? Which tells you most about the thing? And you can hardly ask the question without noticing that for the last fifty years or so everyone has been taking the answer for granted. It has been assumed without discussion that if you want the true account of religion you must go, not to the religious people, but to anthropologist; that if you want the true account of sexual love you must go, not to lovers, but to psychologists ….

The people who look at things have had it all their own way; the people who look along things have simply been brow-beaten. It has even come to be taken for granted that the external account of things.

Looking “along” and Looking “at”
BY : CS LEWIS

Corat Coret EAGC

Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi…
Allah melihat semuanya itu baik...

Pada mulanya Allah melihat semua ciptaanNya baik, lalu bagaimana setelah ciptaan terkutuk karena dosa, apakah Allah masih melihat semuanya baik?Ya, melalui karya penebusan anakNya di kayu salib, semua karya penyelamatan bagi seluruh ciptaan tergenapi dan utuh.

Tetapi, manusia (bahkan yang sudah diselamatkan pun), kadang memiliki pola pandang yang tidak sama. Berapa banyak yang memiliki penghayatan bahwa badak bercula satu di Ujung Kulon sana yang hampir punah, terkait dengan kehidupan mereka. Atau berapa banyak yang memikirkan bahwa Allah perduli dengan parfum, film, iklan, blog, FB, FS, mesin cuci, detergen atau hal “remeh” lainnya. Kadang sebagai umat, kita hanya partial memikirkan bahwa Allah hanya peduli terhadap hal-hal yang besar. Justru ketika kita memiliki pandangan yang demikian, kita sedang mendongkel DIA dari tahta Nya yang sesuanggunya¬-Sang Pencipta Alam Semesta.

Allah perduli, mataNya memperhatikan dan mengawasi bagaimana kita hidup. Bukan hanya kehidupan spiritual tapi kehidupan society kita juga mendapat porsi yang besar dalam pandanganNya.

Belajar dari kehidupan Bangsa Israel. Israel berulang kali masuk dalam masa pembuangan dan penderitaan. Kenapa dan ada apa? Tidakkah Allah YHWH tahu, bawa pada masa itu, kekalahan sebuah bangsa berarti kekalahan tuhan mereka? Apakah DIA tidak peduli dengan namaNya yang besar, yang akan rusak dihadapan bangsa-bangsa lain? Kenapa Allah mengizinkan hal ini terjadi.

Allah peduli dengan umat pilihanNya. UmatNya-lah yang jadi concern utamaNya. Israel. Israel jatuh kedalam dosa pemberontakan yang amat sangat kepada Allah, Israel tidak lagi menjadi bangsa yang mencerminkan kekudusan umat Allah yang seperti DIA kehendaki. Maka itu DIA mendisiplinkan umatNya dengan memakai tangan bangsa lain untuk mengajar umatNya ini.

Yesaya 1 : 10-20
Dengarlah firman TUHAN, hai pemimpin-pemimpin, manusia Sodom!
Perhatikanlah pengajaran Allah kita, hai rakyat, manusia Gomora!
Isa 1:11 "Untuk apa itu korbanmu yang banyak-banyak?" firman TUHAN; "Aku sudah jemu akan korban-korban bakaran berupa domba jantan dan akan lemak dari anak lembu gemukan; darah lembu jantan dan domba-domba dan kambing jantan tidak Kusukai.
Isa 1:12 Apabila kamu datang untuk menghadap di hadirat-Ku, siapakah yang menuntut itu dari padamu, bahwa kamu menginjak-injak pelataran Bait Suci-Ku?
Isa 1:13 Jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak sungguh, sebab baunya adalah kejijikan bagi-Ku. Kalau kamu merayakan bulan baru dan sabat atau mengadakan pertemuan-pertemuan, Aku tidak tahan melihatnya, karena perayaanmu itu penuh kejahatan.
Isa 1:14 Perayaan-perayaan bulan barumu dan pertemuan-pertemuanmu yang tetap, Aku benci melihatnya; semuanya itu menjadi beban bagi-Ku, Aku telah payah menanggungnya.
Isa 1:15 Apabila kamu menadahkan tanganmu untuk berdoa, Aku akan memalingkan muka-Ku,
bahkan sekalipun kamu berkali-kali berdoa,
Aku tidak akan mendengarkannya, sebab tanganmu penuh dengan darah.
Isa 1:16 Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku. Berhentilah berbuat jahat,
Isa 1:17 belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda!
Isa 1:18 Marilah, baiklah kita berperkara! --firman TUHAN--Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba,
akan menjadi putih seperti bulu domba.
Isa 1:19 Jika kamu menurut dan mau mendengar, maka kamu akan memakan hasil baik dari negeri itu.
Isa 1:20 Tetapi jika kamu melawan dan memberontak, maka kamu akan dimakan oleh pedang.
" Sungguh, TUHAN yang mengucapkannya.
Isa 1:21 Bagaimana ini, kota yang dahulu setia sekarang sudah menjadi sundal! Tadinya penuh keadilan dan di situ selalu diam kebenaran, tetapi sekarang penuh pembunuh.
Isa 1:22 Perakmu tidak murni lagi dan arakmu bercampur air.
Isa 1:23 Para pemimpinmu adalah pemberontak dan bersekongkol dengan pencuri. Semuanya suka menerima suap dan mengejar sogok. Mereka tidak membela hak anak-anak yatim, dan perkara janda-janda tidak sampai kepada mereka.
Isa 1:24 Sebab itu demikianlah firman Tuhan, TUHAN semesta alam, Yang Mahakuat pelindung Israel; "Ha, Aku akan melampiaskan dendam-Ku kepada para lawan-Ku,
dan melakukan pembalasan kepada para musuh-Ku.
Isa 1:25 Aku akan bertindak terhadap engkau: Aku akan memurnikan perakmu dengan garam soda, dan akan menyingkirkan segala timah dari padanya.
Isa 1:26 Aku akan mengembalikan para hakimmu seperti dahulu, dan para penasihatmu seperti semula. Sesudah itu engkau akan disebutkan kota keadilan, kota yang setia."
Isa 1:27 Sion akan Kubebaskan dengan penghakiman yang adil dan orang-orangnya yang bertobat akan Kubebaskan dengan tindakan yang benar.
Isa 1:28 Tetapi orang-orang yang memberontak dan orang-orang berdosa akan dihancurkan bersama, dan orang-orang yang meninggalkan TUHAN akan habis lenyap.
Isa 1:29 Sungguh, kamu akan mendapat malu karena pohon-pohon keramat yang kamu inginkan; dan kamu akan tersipu-sipu karena taman-taman dewa yang kamu pilih.
Isa 1:30 Sebab kamu akan seperti pohon keramat yang daunnya layu, dan seperti kebun yang kekurangan air.
Isa 1:31 Maka yang kuat menjadi seolah-olah kapas dan pekerjaannya menjadi seolah-olah bunga api; keduanya menimbulkan api dan tidak ada yang dapat memadamkan.


Hukum mutlak dari ilmu pengetahuan dan logika adalah ex nihilo nihil fit (dari yang tidak ada, maka tidak ada yang dapat dihasilkan). Jika kita menginginkan society, Indonesia, yang lebih baik, maka kehadiran anak-anak Tuhan disetiap aspek sangat penting untuk menghasilkan sebuah perubahan. Ketidakberadaan tidak dapat menghasilkan apapun. Ingatlah, bahwa tidak ada yang ”remeh” bagi Tuhan.