Jumat, 15 Oktober 2010

Ternyata Oh Ternyata....

Ternyata oh ternyata....


Baru tadi pagi saya sempat memikirkan lebih dalam tentang ‘fenomena’ antrian panjang yang tiap pagi selalu saya lihat. Para pengantri rela datang pagi-pagi, bawa sarapan sendiri dan bawa beberapa lembar koran untuk jadi alas duduk dan bersenda gurau dengan pengantri lainnya. Mereka adalah orang-orang lanjut usia yang menginginkan perubahan terjadi dalam diri mereka.

Mereka mengantri di sebuah ruko kecil yang diatas rukonya terpampang spanduk besar “C*R*G*M”. Dalam hati saya bertanya, apa sih “C*R*G*M” itu, ternyata tempat itu adalah sebuah tempat terapi pengobatan yang berasal dari Korea Selatan. Tempat itu menggunakan alat terapi kesehatan yang di klaim sebagai perpaduan pengobatan alamiah Timur dan Barat. Dengan menggunakan pancaran sinar infra merah jauh (far infra red rays). Info yang lengkap ini saya dapat dari mama saya. Ternyata oh ternyata, mama saya pernah menjadi salah satu pengantri yang menikmati fasilitas gratis dari tempat tersebut. :D

Kenapa bisa gratis? Hari gini masih ada fasilitas untuk kesehatan yang gratis? Aneh bin ajaib, pada era semua hal serba di kalkulasi dengan angka dan lembaran uang, masih ada saja hal yang gratis. Lagi-lagi, ternyata oh ternyata, semua fasilitas gratis itu punya maksud terselubung didalamnya.


Apa?

Untuk memasarkan produk yang terbilang mahal, metode marketing “C*R*G*M”, terbilang smart dan langka berhasil jika tidak tepat penerapannya. Mereka menggunakan sistem pemasaran “Refferal Marketing”, metode pemasaran mulut ke mulut. Customer diharapkan menceritakan tentang kebaikan, manfaat “C*R*G*M” kepada orang lain. Para calon customer diberikan kebebasan untuk mencoba produk, mencoba tanpa batas. Diharapkan setelah mereka mencoba dan merasakan ada perubahan dalam diri mereka, mereka kembali menceritakan kepada orang lainnya tentang “C*R*G*M”.

Seakan sudah memahami sifat alamiah manusia, bahwa manusia tidak mau repot untuk mengantri panjang setelah merasakan efek dari menggunakan produk, tidak cepat puas karena ingin seluruh penyakitnya hilang dan tanpa sadar customer dalam alam bawah sadarnya mulai didorong keinginan untuk memiliki produk ini, slow but sure. Disinilah “C*R*G*M” memakai semua hal ini untuk menancapkan strategi pemasarannya.



Lalu kenapa ini menggelisahkan saya?



Satu sisi, apa yang dilakukan oleh “C*R*G*M” (mungkin) berguna bagi masyarakat miskin yang butuh sembuh. Dengan fasilitas gratis yang diberikan oleh “C*R*G*M”, memudahkan masyarakat miskin ini untuk mengakses kesembuhan yang mereka idam-idamkan. Silahkan googling testimoni dari orang-orang yang sudah merasakan manfaat produk ini, hasil yang keluar jutaan testimoni. Tapi dilain sisi, apa yang dilakukan oleh “C*R*G*M” sangat tricky, mereka memanipulasi (entahlah, apakah kata ini terlalu frontal atau tidak?) sisi psikologis orang sakit untuk membuat mereka ketergantungan terhadap produk mereka. Apa jadinya jika masyarakat miskin ini terlalu memaksakan diri mereka untuk membeli produk yang kisaran harganya Rp10jt-Rp30jt?. Ah, seandainya saja sistem kesehatan di negeri ini baik dan tidak korup, tentu saja tidak akan ada kesempatan bagi pihak lain untuk mengeksploitasi sakit mereka.

Ternyata oh ternyata, tidak ada yang benar-benar murni kasih dalam dunia ini.

Saya teringat kejadian 2000 tahun lalu, Matius mencatat “Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. Melihat orang banyak itu tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala”....


Tuhan Yesus melihat orang sakit dan orang lemah dengan belas kasih, bukan dengan cara pandang bahwa mereka adalah objek pemberi keuntungan.

Kapan negeri ini belajar untuk melihat manusia lain bukan sebagai objek pemberi keuntungan, tetapi melihat bahwa setiap manusia punya dignitas Ilahi yang diberikan oleh penciptaNya?

At the end,


Saya lemah, penuh sakit dan berdosa, saya bersyukur Tuhan melihat saya dengan belas kasihan. Lagipula juga tidak ada gunanya saya dilihat sebagai objek pemberi keuntungan, karena saya tidak bisa berikan keuntungan apapun pada DIA.



Deve L. Tampubolon
(yang bercita-cita bisa menuliskan sesuatu yang jadi berkat)

1 komentar:

  1. How to win at a casino with Emperor Casino - Shootercasino
    Emperor Casino offers 제왕카지노 many games, with some of the best features. Whether you like slots, jackpots or progressive jackpot games, this 바카라 사이트 casino offers 샌즈카지노 you

    BalasHapus